Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar,
Tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang,
Tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya,
Tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati ditempat
bekerja,
Tetapi dari bagaimana dia dihormati di dalam rumah

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan,
Tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang,
Tetapi dari hati yang ada dibalik itu

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yg memuja,
Tetapi komitmennya terhadap wanita yang dicintainya

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari barbel yang dibebankan,
Tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci,
Tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca

=Ayo jadi akhwat sejati, biar bersanding dengan yang sejati juga=

Imam Abu Hanifah pernah bercerita : Ada seorang ilmuwan besar, Atheis dari kalangan bangsa Romawi, tapi ia orang kafir. Ulama-ulama Islam membiarkan saja, kecuali seorang, yaitu Hammad guru Abu Hanifah, oleh karena itu dia segan bila bertemu dengannya.

Pada suatu hari, orang-orang berkumpul di masjid, orang kafir itu naik ke mimbar dan menantang untuk bertukar pikiran dengan siapa saja, dia hendak menyerang ulama-ulama Islam. Di antara shaf-shaf masjid bangunlah seorang pemuda, dialah Abu Hanifah dan ketika sudah berada dekat depan mimbar, dia berkata: “Perkenankan saya, untuk bertukar-fikiran dengan tuan”. Mata Abu Hanifah berusaha untuk menguasai suasana, namun dia tetap rendah hati dikarenakan usianya yg masih muda. Lalu dia pun mulai berkata: “Katakan pendapat tuan!”. Ilmuwan kafir itu heran akan keberanian Abu Hanifah, lalu bertanya:

Atheis : Pada tahun berapakah Rabbmu dilahirkan?

Abu Hanifah : Allah berfirman: “Dia (Allah) tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan”

Atheis : Masuk akalkah bila dikatakan bahawa Allah ada pertama yang tiada apa-apa sebelum-Nya?, Pada tahun berapa Dia ada?

Abu Hanifah : Dia berada sebelum adanya sesuatu.

Atheis : Kami mohon diberikan contoh yang lebih jelas dan nyata!

Abu Hanifah : Tahukah tuan tentang perhitungan?

Atheis : Ya.

Abu Hanifah : Angka berapa sebelum angka satu?

Atheis : Tidak ada angka (nol).

Abu Hanifah : Kalau sebelum angka satu tidak ada angka lain yang mendahuluinya, kenapa tuan heran kalau sebelum Allah Yang Maha satu yang hakiki tidak ada yang mendahuluiNya?

Atheis : Dimanakah Rabbmu berada sekarang?, sesuatu yang ada pasti ada tempatnya.

Abu Hanifah : Tahukah tuan bagaimana bentuk susu?, apakah di dalam susu itu ada keju?

Atheis : Ya, sudah tentu.

Abu Hanifah : Tolong perlihatkan kepadaku di mana, di bagian mana tempatnya keju itu berada?

Atheis : Tak ada tempat yang khusus. Keju itu menyeluruh meliputi dan bercampur dengan susu diseluruh bagian.

Abu Hanifah : Kalau keju makhluk itu tidak ada tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak tuan meminta kepadaku untuk menetapkan tempat Allah Ta’ala?, Dia tidak bertempat dan tidak ditempatkan!

Atheis : Tunjukkan kepada kami zat Rabbmu, apakah ia benda padat seperti besi, atau benda cair seperti air, atau menguap seperti gas?

Abu Hanifah : Pernahkan tuan mendampingi orang sakit yang akan meninggal?

Atheis : Ya, pernah.

Abu Hanifah : Semula ia masih berbicara dengan tuan dan menggerak-gerakan anggota tubuhnya. Lalu tiba-tiba diam tak bergerak, apa yang menimbulkan perubahan itu?

Atheis : Karena rohnya telah meninggalkan tubuhnya.

Abu Hanifah : Apakah waktu keluarnya roh itu tuan masih ada disana?

Atheis : Ya, masih ada.

Abu Hanifah : Ceritakanlah kepadaku, apakah rohnya itu benda padat seperti besi, atau cair seperti air atau menguap seprti gas?

Atheis : Entahlah, kami tidak tahu.

Abu Hanifah : Kalau tuan tidak mengetahui bagaimana zat maupun bentuk roh yang hanya sebuah makhluk, bagaimana tuan dapat memaksaku untuk mengutarakan zat Allah Ta’ala?!!

Atheis : Ke arah manakah Allah sekarang menghadapkan wajahnya? Sebab segala sesuatu pasti mempunyai arah?

Abu Hanifah : Jika tuan menyalakan lampu di dalam gelap malam, ke arah manakah sinar lampu itu menghadap?

Atheis : Sinarnya menghadap ke seluruh arah dan penjuru.

Abu Hanifah : Kalau demikian halnya dengan lampu yang cuma buatan itu, bagaimana dengan Allah Ta’ala Pencipta langit dan bumi, sebab Dia nur cahaya langit dan bumi.

Atheis : Kalau ada orang masuk ke syurga itu ada awalnya, kenapa tidak ada akhirnya? Kenapa di syurga kekal selamanya?

Abu Hanifah : Perhitungan angka pun ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya.

Atheis : Bagaimana kita dapat makan dan minum di syurga tanpa buang air kecil dan besar?

Abu Hanifah : Tuan sudah mempraktekannya ketika tuan berada di perut ibu tuan. Hidup dan makan minum selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah buang air kecil dan besar disana. Baru kita melakukan dua hajat tersebut setelah keluar beberapa saat ke dunia.

Atheis : Bagaimana kebaikan syurga akan bertambah dan tidak akan habis-habisnya jika dinafkahkan/diberikan kepada para penghuni syurga?

Abu Hanifah : Allah juga menciptakan sesuatu di dunia, yang bila dinafkahkan/diberikan malah bertambah banyak, seperti ilmu. Semakin diberikan (disebarkan) ilmu kita semakin berkembang (bertambah) dan tidak berkurang.

“Ya! kalau segala sesuatu sudah ditakdirkan sebelum diciptakan, apa yang sedang Allah kerjakan sekarang?” tanyak Atheis. “Tuan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dari atas mimbar, sedangkan saya menjawabnya dari atas lantai. Maka untuk menjawab pertanyaan tuan, saya mohon tuan turun dari atas mimbar dan saya akan menjawabnya di tempat tuan”, pinta Abu Hanifah. Ilmuwan kafir itu turun dari mimbarnya, dan Abu Hanifah naik di atas. “Baiklah, sekarang saya akan menjawab pertanyaan tuan. Tuan bertanya apa pekerjaan Allah sekarang?”. Ilmuwan kafir mengangguk. “Ada pekerjaan-Nya yang dijelaskan dan ada pula yang tidak dijelaskan. Pekerjaan-Nya sekarang ialah bahwa apabila di atas mimbar sedang berdiri seorang kafir yang tidak pantas seperti tuan, Dia akan menurunkannya seperti sekarang, sedangkan apabila ada seorang mukmin di lantai yang berhak, dengan segera itu pula Dia akan mengangkatnya ke atas mimbar, demikian pekerjaan Allah setiap waktu”. Para hadirin puas dengan jawaban yang diberikan oleh Abu Hanifah dan begitu pula dengan orang kafir itu.

Sangat jelas… pertanyaan2 yg menurut para atheis akan sangat sulit di jawab, ternyata begitu mudah untuk dijawab,,

semoga ini bisa menjadi semangat utk kita semua dalam menjaga akidah keislaman kita  hai Muslimin wal muslimat… amin. ^.^

sumber: http://www.facebook.com/groups/syiardakwahislam/doc/167590963331604/

Berikut ini surat cinta yang kita dapatkan dari iblis semoga bermanfaat bagi kita ya : Hai manusia yang tersayang, Tadi malam waktu akan tidur, aku lihat engkau tidak memuji Allah, tidak berselawat, tidak membaca Ayat Kursi dan Kulhu. Ini bagus sekali karena waktu akan tidur adalah waktu untuk tidur, bukan untuk membaca Al-Qur’an. Sesungguhnya engkau tidak membuang-buang masa. Pagi ini aku lihat engkau tidak bangun mengerjakan sholat subuh. Bagus … Read More

via Newbie Online Tutor

Bismillah..

Berawal dari sms tausyiah seorang sahabat,

Iblis minta “PENSIUN”

Iblis: “Ya Allah, hamba minta prnsiun dini saya.”
Allah swt: “Kenapa kamu minta pensiun? Padahal kamu sendiri yang minta untuk selalu menggoda manusia?”

Iblis:”Hamba minta ampun ya Allah. Amit-amit deh sekarang kelakuan manusia sudah melebihi Iblis. Hamba khawatir justru hamba yang nantinya tergoda oleh manusia.. Makannya hamba minta pensiun dini aja.. Manusia berzina, yang enak dia, eh yang disalahkan hamba. Manusia korupsi, dia yang menikmati, tapi katanya digoda”

Sejenak berpikir, separah itu kah kondisi manusia saat ini? Bobrok akhlaknya, tidak bermoral, dan hal buruk lainnya. Padahal kan manusia itu khalifah di bumi ini.

Harus ada perubahan.. dimulai dari saat ini

SEMANGAT!!!

Tak jarang dia terlupakan. Padahal banyak jawaban atas pertanyaan kehidupan kita yang dia ketahui.
aku: tak mungkin (*mengeluh)
dia: Jika Allah mengehendaki sesuatu, cukup berkata ‘Jadi!’. Maka jadilah (Q.S. Yasiin:81)
aku: terlalu lelah dengan semua ini (*mengeluh)
dia: Aku ciptakan tidurmu untuk istirahatmu (Q.S. An-Naba:9)
aku: rasanya tak mampu (*putus asa)
dia: Allah tidak membebankan sesuatu pada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. (Q.S. Al-Baqaraah:286)
aku: aaaaaaaaagh stres!!!
dia: Hanya dengan mengingat Allah, maka hati menjadi tenang (Q.S. Ar-Ra’du:28)
aku: huh! ga guna deh
dia: Maka barang siapa mengerjakan amal kebaikan seberat dzarah, niscaya ia akan melihat kebaikannya (Q.S. Al-Zazalah:7)
dan “dia” adalah Al-Qur’an